Kamis, 31 Desember 2009

Mempersungguh Untuk Beribadah Haji

Ibadah Haji adalah dambaan setiap orang muslim, kita tahu bahwa Islam dibangun dengan 5 (lima)perkara yaitu Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan Haji. Untuk yang nomor satu sampai dengan empat rasanya setiap orang muslim bisa melaksanakan, akan tetapi yang terakhir tidak semua orang muslim bisa melaksanakan. Selain perjalanannya jauh, dibutuhkan waktu kurang lebih 40 hari (ONH Pemerintah), juga biayanya tidak sedikit. Kata teman-teman yang bisa berangkat haji tahun 2009 habis biayanya kurang lebih 40 juta rupiah. Kalau hal ini tidak di dukung dengan keimanan yang tinggi, rasanya uang sebegitu banyak lebih baik untuk keperluan lain, misalnya untuk beli kendaraan atau memperbaiki rumah, atau mungkin untuk usaha, atau mungkin untuk infestasi membeli tanah. Kadang-kadang ada orang yang punya ongkos haji cukup tetapi karena terpengaruh dengan yang di atas tadi sehingga menunda keberangkatan hajinya, akhirnya sampai tua tidak bisa berangkat haji. Kalau sudah demikian yang ada hanyalah penyesalan.














Saya salut dengan teman-teman saya yang masih muda bisa berangkat haji. Mereka yang berangkat haji bukan karena mereka punya uang berlebih/banyak tetapi ada yang ikut arisan haji, ada yang menabung sedikit demi sedikit, ada yang jual tanah, ada juga yang jual kendaraan. Memang ibadah haji harus diniati dengan sungguh-sungguh sehingga dengan cara apapun (yang penting halal) bisa kelakon berangkat haji. Sungguh kefahaman yang luar biasa, menerapkan apa yang sudah dikaji dalam setiap pengajian. Kita tahu bahwa Ibadah Haji adalah Sengaja datang ke Mekah, mengunjungi Ka'bah dan tempat-tempat lainnya untuk melakukan serangkaian ibadah dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.Dan kita tahu bahwa ibadah haji mempunyai keutamaan yang luar biasa, sebagaimana tersebut di bawah ini :
-Ibadah Haji merupakan salah satu perintah Allah yang harus
dikerjakan, bagi yang mampu.
-Ibadah Haji merupakan Jihad fi Sabilillah.
-Ibadah Haji dapat menghapus dosa, bagi yang menjalankannya
sesuai dengan perintah Allah SWT.
-Haji dan Umroh merupakan kifarat/penebus dosa. Sehinga
orang yang berangkat haji, setelah melaksanakan
Ibadah haji dengan tertib dia pulang ke tanah air seperti
bayi yang baru lahir dari Ibunya.
-Surga adalah balasan bagi haji yang mabrur.
-Biaya yang dikeluarkan untuk Ibadah Haji merupakan
Infaq fi Sabilillah, dan biaya yang dikeluarkan untuk haji
akan diganti oleh Allah SWT.

Dengan memahami hal tersebut diatas, maka tidaklah berat untuk melaksanakan Ibadah haji. Seperti yang telah dilaksanakan oleh teman-teman saya. Semoga mereka menjadi haji yang mabrur dan tetap menjaga kemabruran hajinya. Dan saya mohon doa nya dari teman-teman agar Niat saya untuk berangkat haji ke tanah suci mendapatkan kemudahan, kelancaran dan kebarokahan. Atas doa nya saya syukuri dengan ucapan Alhamdulillah Jazza Kummullahu Khoiro. Amiin




print this page Print this page

Senin, 28 Desember 2009

Semangat Salah Seorang Pejuang Agama (KH Nurhasan Al- Ubaidah Lubis)



Urip iku mung sakdermo, sak dermo menjalankan apa yang sudah di qodr oleh Allah SWT. Ketika kita diqodr oleh Allah bisa menetapi agama islam yang berpedoman Alqur'an dan AlHadist (hidayah), maka peparing ini harus selalu di syukuri. Untuk menambah kesyukuran kita pada kesempatan kali ini saya menyadur sebuah tulisan dari blog saudara kita yang sangat menarik judulnya Hitam Putih : Sebuah Perjalanan Hidup, di situ ada tulisan yang berjudul Almanshuuriin. Lebih lengkapnya bisa baca di sini atau baca terus tulisan di bawah ini.
Dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia kita mengenal beberapa aliran islam mainstream dan non-mainstream. Meski sudah sejak era Wali Songo islam mulai tersohor di bumi nusantara, namun ternyata kekuatan gerak islamiyah lebih menyolok di era pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini ditandai oleh munculnya beberapa harokah islamiyah garis keras, yang menginginkan syariat islam ditegakkan di Indonesia dan menolak mentah-mentah hukum positif warisan Belanda. Pergerakan ini tidak dilakukan oleh 2 (dua) aliran islam mainsteam yang ada, melainkan oleh kelompok-kelompok islam radikal semisal DI/TII, NII, dan kelompok Warman. Di bumi nusantara bagian timur terkenal dipimpin oleh Kahar Muzakkar, dan di barat dipimpin oleh SM. Kartosoewiryo.

Dari pemaparan beberapa pelaku sejarah “Perang Janur Kuning Jogjakarta”, nama Kahar Muzakkar pun ikut disebut-sebut sebagai salah satu pemimpin perebutan kemerdekaan terhadap agresi Belanda di Sulawesi. Artinya, seorang Kahar Muzakkar yang pada akhirnya dianggap sebagai pemberontak pun sebenarnya memiliki andil terhadap bangsa ini dalam merebut kemerdekaan. Namun setelah bangsa ini berangsur-angsur lepas dari penjajahan, seiring itu pulalah terjadi konflik internal untuk mendaulat republik ini agar bersyariat islam, atau dengan kata lain beberapa pihak terang-terangan ingin menjadikan status negara ini sebagai salah satu negara Islam di dunia. Dalam perjalanannya sangat disayangkan, kelompok-kelompok radikal ini menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan. Salah satunya adalah menghalalkan mengambil harta benda milik rakyat Indonesia sendiri. Sehingga bisa dibayangkan seperti apa isi pikiran rakyat Indonesia pada waktu itu: “keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya?”. Wallahu a’lam. Padahal kala itu juga pemerintah Indonesia masih dipusingkan oleh agresi kedua Belanda tahun 1949, dan konflik kepentingan antara presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dengan salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan, Tan Malaka.

Singkat cerita, pada pertengahan era orde baru, ketegangan demi ketegangan memuncak, dimana friksi-friksi yang terjadi antara pemerintah kala itu dengan beberapa kelompok islam radikal ini akhirnya menyebabkan hampir seluruh organisasi berbasis islam di indonesia otomatis dianggap oposan pemerintah. Walhasil, kelompok-kelompok islam kecil lah yang banyak menerima imbas buruknya dari pertikaian gerakan-gerakan islam dengan pihak otoritas pada waktu itu dibanding kelompok-kelompok islam yang telah memiliki nama besar. Diantara kelompok-kelompok dakwah islam yang masih kecil pada waktu itu adalah Darul Hadits dengan beberapa kembangannya semisal YCI (Yayasan Citra Islam), KSPI (Keluarga Studi Pemuda Islam), KADIM (Karyawan Dakwah Islam), dan ASPI (Aspirasi Pemuda Islam). Darul Hadits sendiri merupakan suatu kelompok pengajian Qur’an-Hadits yang dipimpin oleh seorang ulama muda lulusan ma’had Darul Hadits di Mekkah Al-Mukarramah, Nurhasan Al-Ubaidah bin Abdul ‘Aziiz (1908-1982). Konon kelompok pengajian ini sangat peduli terhadap tauhid, akhlak, akidah, dan pemurnian tata laksana peribadatan ummat islam kala itu yang masih banyak dianggap menyimpang dari sumbernya: Qur’an dan Hadits (as-Sunnah). Ditinjau dari sisi manapun, melalui perjalanan panjang sejarah tandzim dakwah islamiyah ini, Darul Hadits eksis bertujuan untuk membetulkan seluruh sendi pengamalan ibadah rakyat Indonesia yang masih banyak menyimpang dari Qur’an dan Hadits, tanpa perlu melakukan konfrontasi dengan pihak otoritas, orde lama, maupun orde baru. Tidak seperti tudingan orang-orang yang tidak mengerti sejarah esensi perjuangan amar ma’ruf nahi munkar-nya, mereka menuding bahwa Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah ingin mendirikan ‘negara dalam negara’. Tapi sampai hari wafatnya, hal tesebut bahkan sama sekali tidak terbukti.

Kaidah keislaman para muslimin di Indonesia pada waktu itu dinilai masih banyak terikat dengan kelakuan-kelakuan peribadatan yang sebenarnya bertentangan dengan aturan-aturan Allah dan Rasul shallallahu ‘alaihi wassalaam dengan pemaparan dalil-dalil syar’i olehnya. Era ini disebut-sebut sebagai era “Babat Alas” [1]. Suatu masa dimana perjalanan amar ma’ruf nahi munkar Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah kepada sanak famili, teman-teman, dan sejawat-sejawat ulama dilalui dengan berbagai rintangan fisik maupun metafisik, sebagai hasil dari metode amar ma’ruf nahi munkar-nya yang dikenal keras. Beliau berpesan kepada para santrinya bahwa terkadang amar ma’ruf nahi munkar itu memerlukan sikap yang tegas. Beliau pun sangat bertanggung jawab terhadap reaksi masyarakat atas metode-nya itu, dan memberi gambaran metode “babat alas” tersebut seperti ini: “gambarannya seperti ada orang yang tertidur di bantalan rel kereta api, sudah berkali-kali diperingatkan / diteriaki bahwa ada kereta yang akan lewat, ia malah terlelap tidur. Akhirnya si orang tidur tadi dibangunkan dengan cara paksa, yakni dengan diseret ke tepi agar ia selamat. Meski pada awalnya orang yang tertidur tadi marah-marah karena diseret paksa, namun bilamana ia sadar bahwa justru ia diselamatkan hidupnya, insya Allah ia akan berterima kasih”.

Sering kali syeikh memberi motivasi kepada para santrinya yang menemui banyak rintangan dan cobaan atas ‘hasil jerih payah’-nya beramar ma’ruf nahi munkar dengan beberapa gandangan (bahasa Jawa: senandung) yang salah satunya adalah gandangan “kembang turi”. Isinya kurang lebih begini: “kembang turi lak melok-melok, sego wadang sisane sore, ora peduli wong alok-alok, sandang pangan lak golek dewe”. Intisarinya adalah: jangan jatuh mental dalam beramar ma’ruf nahi munkar, jangan pedulikan orang lain yang mengolok-olok, toh urusan sandang dan pangan kita mencari sendiri, dan tidak meminta-minta kepada mereka yang mengolok-olok. Meski terkesan remeh, namun gandangan seperti ini merupakan warisan tradisi kejenakaan yang cerdas ala kyai-kyai tradisional tanah Jawa dalam berkelakar namun memiliki arti dan filosofi yang sangat dalam. Semisal teka-teki longan (bahasa Jawa: kolong meja atau kolong tempat tidur). “Apakah longan itu tetap ada jika meja atau tempat tidur dipindahkan? Jadi, apakah longan itu benar-benar ada?”. Atau semisal KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pernah berkelakar pada acara pembukaan website Akbar Tandjung: “Kenapa setiap orang berpidato selalu menyatakan: Mari kita panjatkan syukur? Memangnya (si) Syukur nggak bisa manjat sendiri?” (Fachry Ali, Gatra, Mei 2008).

Meski dijuluki mustadid (orang yang luar biasa) oleh sejawat-sejawat ulama, Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah bukanlah termasuk orang yang jummud (kaku), terkadang syeikh menghibur santri-santrinya sebagaimana cerita yang berkembang seperti; pernah suatu ketika dalam membangunkan santri-santrinya untuk sholatul lail atau sholat malam (tahajjud), syeikh tidak segan-segan berjoget menghibur santri-santrinya yang masih terkantuk-kantuk dengan sapu ijuk, yang syeikh gambarkan sebagaimana kuda lumping. Dari hal itulah tersirat, syeikh mencontohkan kepada santri-santrinya, bahwa dalam suasana apapun orang-orang yang menegakkan hujjatullah harus tetap gembira dan ceria, mesti dalam kondisi yang membencikan, atau dalam kondisi sedang mendapat cobaan sekalipun dari Allah Ta’ala. Sebagaimana anggota pramuka yang selalu menghibur dirinya di kala apapun: “buat apa susah? buat apa susah? susah itu tak ada gunanya”.

Masih teringat dari beberapa saksi sejarah perjalanan era “babat alas” semisal Al-Hafidz Syeikh Su’udi Ridwan rahimahullah, maupun Syeikhul Hadits Kasmudi As-Shiddiqqy bercerita bahwa seringkali Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah menerima banyak ‘bingkisan’ dari orang-orang, bahkan ulama-ulama tradisional yg tidak sepaham dengannya berupa teluh, santet, dan benda-benda ‘terbang’ aneh lainnya yang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia modern. Semua itu Beliau hadapi dengan sabar, tawakkal, serta yang paling penting adalah doa. Tentang doa kepada Allah Ta’ala, dari penuturan Syeikh Nur Asnawi rahimahullah, salah satu rekan menuntut ilmunya di Mekkah-Medinah dulu, menceritakan bahwa syeikh sangat yakin akan doanya kepada Allah Ta’ala. Pernah suatu ketika di Mekkah, ada seorang temannya kelaparan tidak punya beras (makanan) untuk dimasak, akhirnya Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah berdoa agar Allah Ta’ala memberikan beras yang bisa untuk dimasak saat itu juga. Walhasil, doanya maqbul. Allah Ta’ala mengabulkan permintaannya!. Bagi kita yang awam memang agak sulit menerima cerita-cerita ‘tidak masuk akal’ semacam ini. Namun kenyataannya memang demikian, apalagi cerita ini diperoleh dari saksi hidup kala itu, Syeikh Nur Asnawi rahimahullah. Bahkan salah satu santrinya yang saat ini telah menjadi salah satu ulama di Pondok Pesantren Kertosono, Ustadz Ubaid Khairi, pernah punya pengalaman spiritual yang sama seperti Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah, yakni langsung dikabulkan doanya semasa ia dan keluarga sedang menghadapi kesulitan ekonomi. “Setelah bermunajat di dalam bis kota yang mangantar saya dan anak istri pulang ke rumah. Allah langsung memberi saya uang tunai. Bahkan saya dan keluarga bisa mempergunakan uang itu untuk keperluan sehari-hari selama kurang lebih 2 (dua) bulan...”, tuturnya tatkala ia didapuk (bahasa Jawa: dinobatkan) sebagai salah satu penyampai materi pada camping Cinta Alam Indonesia di Cikole, Bandung, beberapa tahun silam. Cerita yang sama, di zaman yang berbeda. Believe it or not.

Pada akhirnya sebagai manusia biasa, Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa pada Februari 1982 dan dimakamkan di pemakaman keluarga, Marga Kaya, Karawang, Jawa Barat. Namun demikian warisan semangatnya untuk menegakkan kalimatullah di negeri ini, agar Allah dan Rasul shallallahu ‘alaihi wassalaam tidak didustakan oleh setiap manusia, tetap ada dalam diri sanubari masing-masing generasi penerus pejuang agama yang secara ilmu-pun masih terlampau jauh ketimbang Beliau, yang diberi julukan mustadid (orang yang luar biasa). Luar biasa, karena Beliau al-Hafidz, menguasai bacaan Qiraatus-Sab’ah, mufassir yang mumpuni, menguasai Mustholah Hadits, menguasai ilmu alat, mengerti taraf ilmu dari terminologi wajib, sunnah, makruh, mubah, menguasai ilmu dari 49 perowi hadits beserta sanad-nya yang muttashil sampai Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalaam, gemar bekerja keras, tidak pernah takut dengan kondisi kehidupan apapun kecuali hanya takut kepada Allah Ta’ala, seorang hamba yang sangat percaya qodarullah dan nashrun minallah, ahli dalam berdoa, ulama yang dicintai santri-santrinya sekaligus dibenci oleh orang-orang yang belum bisa menerima al-Haqq ini secara utuh dan murni, dan lain-lain. Namun jangan lupa satu hal, semua izzah itu didapatkannya atas dasar usaha, kerja keras, dan kecintaannya terhadap al-Haqq, tidak didapatkannya dengan cara santai, bersenda gurau, main-main (lahan), atau dengan istirahatnya badan. Beliau menimba ilmu agama ini sekitar 10 tahun di Mekkah-Medinah, dimulai pada tahun 1930-an sampai tahun 1941. Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah tetaplah seorang hamba Allah Ta’ala yang memiliki kekurangan. Namun kebajikan kebajikannya-lah yang mesti diambil sebagai manfaat agar berkah Allah Ta’ala tetap atas kita semua. “khoirun naasi man yanfa’uhum lin naas”, “sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak memberi manfaat kepada manusia lainnya”.

Tahun berganti, zaman pun berubah. Dimana manhaj (metode dakwah) Darul Hadits yang pertama kali datang pada tahun 1941 di Indonesia, justru saat ini telah banyak orang dan kelompok dakwah yang mengadopsinya. Diakui atau tidak, dari beberapa ulasan dan website islam yang mudah ditelusuri, banyak individu-individu dan ulama-ulama zaman ini yang pada akhirnya secara jujur maupun tidak, mengerti bahwa pergerakan dakwah islamiyah mereka mempunyai kemiripan dengan apa yang dulu digerakkan oleh Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah sejak tahun 1941 di Indonesia, yaitu merujuk pada tata cara ibadah ummat islam yang hakiki, yang wajib, yang menurut sumber aslinya: Qur’an dan Hadits, tanpa harus tercampur aduk dengan adat istiadat warisan ummat Hindu-Buddha atau Animisme-Dinamisme di Indonesia, yang justru bisa menjadikan agama islam ini semakin jauh dari kemurniannya. Padahal jelas dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala memerintahkan agar kita selalu memurnikan agamanya... “mukhlishiina lahud diin”

Dalam salah satu buku terbitan Madani Institute, manhaj yang berasal dari Jazirah Arab dan diwariskan oleh Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah ini, dimasukkan ke dalam konteks pergerakan salafiyyah (salafism). Yaitu pergerakan islam yang menomorsatukan pemurnian islam, yang sebagaimana Rasullullah shallallahu ‘alaihi wassalaam dan sahabat-sahabatnya contohkan, sebelum akhirnya islam sendiri terpecah belah. Dengan kata lain, manhaj yang merujuk pada tata cara ibadah dari 3 generasi awal datangnya islam.

Apakah manhaj yang diadopsi oleh Darul Hadits ini disebut ahlussunnah wal jamaah, salafiyyah, atau wahhabiyyah, bukan merupakan issue yang substansial. Sebab sebagaimana kutipan nasehat Syeikh Salih Fauzan rahimahullah, “siapapun bisa menyandang gelar salafiyyun atau ahlussunnah wal jamaah, namun yang penting adalah esensinya ibadahnya”. Tapi lucunya, kabarnya Darul Hadits dulu sempat diberi beberapa julukan yang nyeleneh oleh orang-orang yang tidak sepaham, dengan julukan semisal: Jamaah mbah Syuro, Jamaah Takfir, Neo-Khawarij, Islam Puritan, Islam Jawa, Islam Murni, Wahhabi, PKI putih, dan lain-lain. Namun hal itu tidak lantas menyurutkan potensi amar ma’ruf nahi munkar sampai saat ini. Karena memang itulah cobaan menjadi manusia yang beriman secara konsekuen kepada Allah Ta’ala. Sangat cocok dengan dalil ini... “huffatul jannati bil makarih, wa huffatun naari bis syahwat”, “surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang membencikan... dan seterusnya”. Artinya, tidak mudah mencari surga Allah Ta’ala. Pasti ada rintangan dan cobaan.

Namun pastinya, hingga sekarang soal penjulukan, gelar, atau penisbatan, kosa kata al-Manshuuriin, atau Thaifah al-Manshuurah (golongan yang mendapat pertolongan Allah Ta’ala) lebih disukai bagi hampir seluruh individu generasi penerus Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah, daripada penggunaan kosa kata Salafi, Wahhabi, Ahlussunnah Wal Jamaah, Madzhabiyyah, atau penisbatan lainnya. Sesuai pula dengan dalil dalam kitabullah yang menyebutkan... “haqqun ‘alaina nunjil mu’miniina”, dan hujjah ini... “maa yaf’alullohu bi ‘adzaabikum in syakartum wa aamantum”, “wajib atas Kami (Allah) menolong orang-orang yang beriman”, dan lain-lain. Tidak masalah dengan urusan julukan, karena pada akhirnya, yang penting adalah bagaimana tata cara ibadah kita kepada Allah Ta’ala. Julukan apapun tidak bisa dijadikan bekal bagi seseorang untuk berhasil masuk surga, dan terselamatkan dari api neraka. Hanya amal ibadah dan atas rahmatNya-lah yang menjadi penentu suksesnya manusia di kehidupan akhirat nanti kelak.

Demikian sekilas cerita mengenai sosok Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah, yang mungkin hal ini bisa jadi merupakan suatu ikhtiar pemulihan nama baik terhadap berita-berita miring yang selama ini berkembang mengenai diri dan metode dakwahnya, yang pada kenyataannya malah bertentangan dengan apa yang telah syeikh perjuangkan sampai akhir hayatnya. Suatu ikhtiar yang diilhami oleh “Surat Surat Bersih Diri Muhammad bin Abdil Wahhab”.

Sehubungan dengan hal ini, sebagai referensi agar kita lebih mengerti seperti apakah sosok seorang ‘alim ulama (ahli ilmu) yang dipandang berkualitas, hebat, atau mumpuni, Imam al-Shatibi rahimahullah lebih jauh telah menarik kesimpulan, bahwa ada 3 (tiga) karakteristik pokok seorang ulama yang dipandang berkualitas, hebat, atau mumpuni:

1) Ia melaksanakan apa-apa yang ia ucapkan/ajarkan.

Telah terbukti bahwa Beliau selalu konsekuen menjalankan apa-apa yang ia ajarkan kepada santri-santrinya, tentunya semua yang sesuai dengan kaidah Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas yang tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah-Rasul. Bahkan para santrinya meniru apa saja yang Beliau lakukan dalam beribadah kepada Allah, dikarenakan mereka (santri) yakin bahwa amalan Beliau tidak lepas dari Qur’an dan Hadits. Hal tersebut bukan termasuk taklid membabi buta, karena selalu diiringi dengan ilmu. Bahkan menurut kesaksian para orang-orang terdahulu yang pernah se-zaman dengannya, Beliau mengeluarkan sayembara yang berlaku sampai akhir hayatnya: Beliau bersedia memberikan motor bagi siapapun yang mengetahui bahwa ada amal perbuatannya yang tidak sesuai dengan aturan Allah dan Rasul shallallahu ‘alaihi wassalaam. Subhanallah.

2) Ia sendiri mendapat ilmu langsung dari ulama-ulama terpercaya dan mumpuni dalam kapasitasnya sebagai ahli ilmu.

Dalam sanad-nya secara tersurat beliau langsung menimba ilmu atau berguru langsung dengan para Masyaikh Darul Hadits Mekkah Al-Mukarramah yang mu’tabar semisal Syeikh Umar Hamdan (Abu Hafs Umar ibn Hamdan ibn Umar ibn Hamdan al-Mahrasi At-Tunisi Al-Maghribi al-Madani Al-Maki rahimahullah), atau Syeikh Abu Samah Abdul Dhohir (Muhammad Abdul Dhohir ibn Muhammad Nuruddin Abu Samah At-Talini Al-Mishri Al-Makki), dan lain-lain secara manqul [2] (as-sama’ dan munawalah).

3) Santri-santrinya mengikuti apa yang ia ajarkan. Jika santri-santrinya malah cenderung meninggalkannya, hal ini otomatis menjadi pertanda bahwa ada sesuatu yang salah dengan apa yang ia ajarkan. (ibid)

Alhamdulillah hingga saat ini semakin banyak individu-individu, yang atas jasa Beliau pula lah, saat ini mereka telah menjadi mubaligh-mubalighot yang tersebar tidak hanya di Indonesia, namun juga di negara-negara regional seperti Australia, Singapura, Malaysia, Suriname, Vietnam. Bahkan ilmu yang dibawanya dulu dari Mekkah-Medinah, saat ini telah sampai pula di benua Amerika dan Eropa. Mereka tetap memegang apa yang telah syeikh ajarkan kepada mereka, yaitu ilmu agama yang murni berdasarkan Qur’an dan Hadits secara manqul, musnad, dan muttashil. Mereka tetap memiliki kesamaan pergerakan dakwah seperti Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah: amar ma’ruf nahi munkar, basyiiran wa nadziiran, dan lillahi ta’ala demi tujuan mulia: “wa tilkal jannatul-latii uurits-tumuuhaa bimaa kuntum ta’maluun”, “dan demikian surga itu diwariskan sebab apa-apa yang kalian perbuat (di dunia)”.

Mudah-mudahan semangat al-Manshuuriin yang pernah dicontohkan Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah ini tetap melekat pada diri generasi penerus mu’miniin yang mencintai Allah dan Rasul shallallahu ‘alaihi wassalaam diatas segalanya. Amiin Yaa Dzal Jalaali Wal Ikram. Mohon maaf bilamana ada kesalahan. Semua kesalahan dalam penulisan ini pastinya berasal dari diri penulis, namun semua kebenaran tetap berasal dari Allah Ta’ala.

Wallahu Musta’an.
Walaa hawlaa walaa quwwata illa billah.






print this page Print this page

Selasa, 15 Desember 2009

Mburu Uceng Kelangan Deleg

Urip kuwi sejatine yo mung sadermo ngelakoni. Bungahing ati ora biso dikiro-kiro, semono ugo tekane susah yo ora biso dikiro-kiro. Dadi sejatine, titah kuwi yo koyo wayang sing diobahake karo dalang. Dalang sing sejatine dalang ora ono maneh kejaba gusti Allah kang akarya jagad. Hidup itu sesungguhnya ya hanya sakdermo menjalankan, senangnya hati tidak bisa diduga begitu pula datangnya kesusahan juga tidak bisa di duga. Jadi sesungguhnya perjalanan hidup itu seperti wayang yang dimainkan oleh dalang. Dalang yang sesungguhnya dalang yaitu Allah yang menciptakan alam semesta. Allah SWT yang wajib kita sembah, yang telah menurunkan firmannya (Alqur'an) kepada Nabi Muhammad SAW. Alqur'an yang terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat berisikan perintah, larangan dan cerita. Perintahnya kita jalankan sepol kemampuan kita, larangannya kita jauhi sejauh-jauhnya, ceritanya kita percayai.

Namun demikian dalam kehidupan kita sehari-hari kadang-kadang kita masih sering melalaikan kewajiban ibadah. Contohnya sholat, ketika suara adzan sudah berkumandang kita masih asik bekerja. Anak-anak masih asik main bola, yang hobi nonton bola larut dalam menontonnya, ibu-ibu yang senang dengan sinetron tidak mau ketinggalan alur ceritannya, remaja yang sedang mendengarkan musik larut dalam kesenangannya. Begitulah iblis menggoda anak turun adam sehingga dia lalai dalam beribadah kepada Allah. Dikelilingi surga dengan sesuatu yaang membencikan, sebaliknya di kelilingi neraka dengan sesuatu yang menyenangkan. Saya jadi teringat dengan ucapan seorang ustadz, namanya ustadz Abdul Syukur, dalam kesempatan memberikan pemangkulan Alqur'an dia sering memberikan nasehat kepada kita "jangan sampai kita mburu uceng kelangan deleg". kalau tidak salah arti sanepa itu artinya memburu atau mengejar Uceng (sumbu) tetapi kehilangan pokok lampunya atau kata lain Mengejar hal-hal yang sekunder tetapi justru kehilangan yang primer.Bisa juga diterjemahkan dengan meninggalkan kewajiban yang lebih pokok ya sama saja dapat ucengnya tetapi kehilangan delegnya.

Begitu juga orang mengusahakan kebahagiaan dalam hidup, sering orang kemudian mengejar bagaimana mempunyai harta yang berlimpah, agar hidupnya gampang, enak dan tidak rekoso sampai anak cucunya, tetapi disatu sisi banyak kewajiban yang lebih esensial justru terlewatkan, agama tak terurus,ngajinya tidak tertib, shodaqohnya kelendran, membaca alqur'an 3 ayat dalam satu hari satu malam kelewatan, karena kecapaian sholat subuhnya kesiangan, mendidik dan mendampingi anak tak sempat,anak ngak ngaji, ngak sholat dibiarkan, giliran anak tidak sekolah di marahi habis-habisan, dengan keluarga tidak dekat, hati tidak tentram, ya sama saja dengan dapat uceng tetapi kehilangan delegnya.

Pikirkan sekali lagi apa sebenarnya tujuan kita diciptakan (tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah), tujuan kehidupan kita (ingin mencari surganya Allah dan terhindar dari nerakanya Allah), rumuskan visi kehidupan kita (menyembah kepada Allah sampai tutuk ajal patinya), misi bagi keluarga kita (menjadi keluarga yang sakinah, mawadah wa rohmah). Lalu munculkan pada strategi kita menjalani hidup untuk mencapai visi kita. Ketika visi itu kuat yakinlah bahwa anda tak akan mudah tergoda untuk menggebu-gebu mengejar uceng tetapi justru kehilangan delegnya.

Semoga artikel ini ada manfaat dan barokahnya. Amin




print this page Print this page

Senin, 14 Desember 2009

Enake Sak Klenteng Susahe Sak Rendeng

Urip iku mung sakdermo, sak dermo menjalankan apa yang sudah di qodr oleh Allah SWT. Ketika kita diqodr oleh Allah bisa menetapi agama islam yang berpedoman Alqur'an dan AlHadist (hidayah), maka peparing ini harus selalu di syukuri. Sebab hidayah yang diberikan oleh Allah ini nilainya lebih baik daripada apa-apa yang mereka kumpulkan (harta). Kita hidup pada suatu zaman yang penuh dengan kemaksiatan setiap detiknya dimana mata kita melirik maka kita akan selalu dibenturkan dengan pemandangan yang membuat kita jauh dari Allah,jauh dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya.Akan kita rasakan betapa asingnya kita hidup didunia ini. Bila kita tidak kuat-kuat menjaga agama kita maka sungguh kita akan mudah tergelincir dan terperosok dalam kubangan dosa dan maksiat .Hanya kepada-Nyalah kita meminta pertolongan…

Pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang semakin tidak ada jarak, ditunjang oleh kemajuan zaman yang semakin canggih membuat hubungan mereka semakin intim dan tidak sedikit yang akhirnya terjadi perzinahan. Bagi pelaku zina akan timbul penyesalan yang luar biasa, akan menderita bathinnya. Ada sebuah ungkapan yang sering saya dengar dari seorang ustadz "enake sak klenteng susahe sak rendeng". Kalau menurut saya definisi dari ungkapan di atas adalah enaknya sedikit susahnya sangat besar. Klenteng adalah biji kapas yang warnanya hitam, keras dan kecil sedangkan rendeng adalah mangsa penghujan yang cukup lama.

Untuk itu kita sebagai umat islam harus bisa membentengi diri kita dari perbuatan zina.Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, yakni kemenangan atau kesuksesan Iblis dalam menggelitik potensi kepenasaran seksual manusia, maka Islam pun memberikan tuntunan-tuntunan mengenai interaksi antara pria dan wanita. Tuntunan-tuntunan tersebut membentuk suatu pola pergaulan yang khas Islam, yang jika dicermati, merupakan suatu pola pergaulan yang elegan dan modern, beradab dan estetis. Kesan ini hanya bisa dirasakan oleh mereka yang mempunyai hikmah, kebijaksanaan.

Selanjutnya, mari kita menyimak apa yang ingin dikatakan oleh Al-Qur’an.

“Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu keji (fahisyat) dan jalan yang buruk”

“Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi) maka mintalah kepada mereka dari balik hijab. Yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka”.

Dari ayat pertama kita bisa memahami bahwa Allah melarang segala bentuk perbuatan yang bisa mendekatkan manusia kepada zina. Sementara dari ayat kedua, kita bisa memahami bahwa Allah memerintahkan manusia agar menjaga kesucian hatinya. Dua kata kunci, tidak mendekati zina dan menjaga kesucian hati, merupakan landasan kita dalam membahas masalah etika interaksi antara pria dan wanita.

Urip iku mung sakdermo,mari kita jaga diri kita dari perbuatan zina dengan cara banyak mengkaji Alqur'an dan Alhadist, setelah kita kaji kita amalkan isinya agar kita mendapatkan pahala yang besar disisi Allah . Diakhir tulisan ini sekali lagi saya katakan bahwa zina itu "enake sak klenteng susahe sak rendeng".




print this page Print this page

Senin, 07 Desember 2009

Khasiat Madu Lebah

Menurut Nabi Sallallahu 'Alaihi Wasallam setiap penyakit itu pasti ada obatnya. "Berobatlah, maka sesungguhnya Allah tidak meletakkan penyakit kecuali Allah menyediakan baginya obat, kecuali satu penyakit, iaitu tua" ( Hadis riwayat Abu Daud)
Firman Allah dalam Surah An-NAhl: 69 :
"Kemudian makanlah daripada setiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan. Daripada perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang yang memikirkan."
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Barangsiapa yang menjilat madu sebanyak tiga kali pagi pada setiap bulan, maka dia tidak akan terkena cubaan yang besar."


Sejarah telah banyak dan lama mencatat kegunaan madu di segala bidang. Mulai dari makanan, obat-obatan sampai bahan untuk alat-alat kecantikan.Dari peninggalan Mesir kuno yang didapat dari dinding piramide dan obelisk, madu bukan barang aneh bagi penduduk mesir sebagai makanan maupun obat-obatan. Bahkan sejak jaman itu pula penduduk mesir kuno sudah umum menggunakan madu sebagai makanan yang bermanfaat dan bernilai gizi tinggi, juga sebagai obat yang mujarab untuk berbagai macam penyakit.Benarkah madu dapat membuat orang awet muda ?Ibnu sina, sarjana terkenal di bidang ketabiban dan falsafah (890 - 1037), dalam usia tua masih tetap kelihatan sehat dan segar bugar layaknya seorang pemuda, mengatakan ia makan makanan yang selalu dicampur dengan madu ketika ditanya apa resepnya. Juga di zaman Julius Caesar berkuasa di romawi, ada seorang anggota senat yang paling tua usianya tetapi tetap nampak sehat dan bugar.

Maka ketika Pollius Romillius ( nama anggota senat tersebut ) merayakan hari ulang tahunnya yang ke- 100, kaisar bertanya tentang resep awet mudanya. Jawabnya : "Saya selalu makan makanan yang dicampur dengan madu, dan menghindari makanan yang banyak mengadung minyak."Pythagoras yang terkenal dalam bidang ilmu pasti dapat mencapai umur lebih dari 90 tahun.Democritus yang terkenal dengan teori atomistiknya itu berumur 100 tahun lebih Hipocrates dapat hidup lebih dari 107 tahun, juga Dioscorides, Anaceron, Aristoteles, dan sebagainya, dapat berusia lebih dari rata-rata usia sesamanya. Ketika ditanyakan rahasia untuk mencapai usia tua itu mereka menjawab " Makanlah selalu hidangan yang dicampur dengan Madu atau susu"

Di zaman sekarang pun di daerah pemeliharaan lebah madu seperti misalnya Lembah Primorye , Rusia, banyak dijumpai orang-orang yang usianya melebihi usia rata-rata manusia jaman sekarang, misalnya 90 tahun lebih ,100 tahun lebih .Seorang pemelihara madu dari daerah itu yang bernama Pyotr Shalev hampir berusia 145 tahun. Dari kecil sampai usia tersebut belum pernah ia menderita sakit. Jangankan sakit berat , pilek atau kepala pusingpun belum pernah, begitu pula ayah dan kakeknya.Banyak pemelihara lebah lainnya berbadan sehat seperti Pyotr Shalev. Sebabnya tidak lain karena dalam makanan mereka, madu selalu menjadi sahabat karibnya.


Mengapa madu mempunyai khasiat setinggi itu ?Dari hasil penelitian dan analisa diketahui, madu mengandung bermacam logam, vitamin, asam amino, asam organik dan sebagainya. Logam itu misalnya Ca, Na, K, Fe, Cl, P, S, J, dan juga Mn, Si, Cr, Ni, Za dan sebagainya. Vitamin antara lain Vit A, B kompleks, C, D, E, K, H, dan beberapa vitamin dan provitamin yang penting bagi tubuh dan kesehatan. Asam-asam organik seperti asam laktat, oksalat, sitrat, tartrat, malat dan sebagainya.Bahkan di dalam madu juga terdapat suatu zat yang disebut biogenetic stimulan yaitu suatu zat yang dapat merangsang keaktifan pertumbuhan tubah manusia. Asam amino yang berguna ( essential amino acids ), Karbohidrat, gula, dan banyak macam zat lainnya yang berguna bagi tubuh. Sehingga 1 Kg madu mempunyai nilai kalori sebanyak 3.150 Kkal.Bagaimana mana menggunakan madu sehingga bermanfaat setinggi itu ?Bagi orang eropa maupun amerika madu merupakan campuran untuk makanan seperti selai pada roti, kue-kue.


Tetapi bagi orang di indonesia biasanya , madu dimakan dengan telur ayam sebagai obat bagi kebugaran.Penggunaan Madu untuk obat maupun kesehatan biasanya diatur sebagai berikut: Untuk orang dewasa setiap hari memerlukan 100 - 200 gr, dimakan 3 kali sehari. Anak-anak membutuhkan 30 - 75 gr, dimakan 3 kali sehari. Dianjurkan juga mengkonsumsi madu dicampur dengan makanan atau minuman. Maksudnya , selain untuk menambah kalori atau gizi juga akan lebih mengharumkan hidangan itu sehingga menambah selera.Sekitar 2500 tahun yang lalu Hippocrates telah mulai menggunakan madu sebagai obat untuk berbagai macam penyakit, diantaranya penyakit luka menahun, luka-luka dalam mulut.Hasilnya sangat mengagumkan , luka -luka akibat infeksi atau terbakar dengan madu cepat sembuh dan tidak menyakitkan rasanya.

Menurut Semirnov, madu mampu untuk mengobati luka, karena di samping daya antibiotik madu, didalamnya juga terdapat suatu zat yang kerjanya menjadi stimulans untuk sel-sel jaringan agar cepat serta aktif tumbuh dan memperbanyak. Dengan daya antibiotiknya kuman-kuman yang ada pada luka itu cepat dihambat keaktifannya atau dibunuh sama sekali pertumbuhannya dan daya stimulasi jaringan cepat menjadi baik.Untuk penderita TBC paru-paru, ibnu sina memberikan resep sebagai berikut: Campurkanlah beberapa gram madu dengan mahkota bunga mawar, lalu dimakan bersama. Bahkan sangatlah dianjurkan kepada para pasien TBC untuk meminum madu setiap saat antara 50 - 100 gr agar mempercepat penyembuhan penyakitnya.Pepatah Kuno berbunyi : Madu dan susu teman terakrab untuk usus dan lambung kita

Maksudnya, penyakit didalam usus atau lambung dengan madu akan lebih cepat sembuhnya. Bahkan hasil penelitian Muller, luka-luka yang terdapat didalam usus lebih cepat disembuhkan kalau penderita selalu makan makanan yang dicampu madu

Keutamaan madu

Madu ternyata tak cuma nikmat diminum. Si kental manis asam ini juga baik untuk kesehatan tubuh pengonsumsinya. Bahkan, ia sudah mulai dilirik sebagai bahan obat.

Padahal, sebenarnya madu merupakan cadangan pakan bergizi tinggi bagi anak-anak lebah. Wajar kalau kemudian madu dimasukkan ke dalam kelompok bahan makanan bergizi oleh manusia.

Sebagian masyarakat Indonesia yakin kalau madu merupakan cairan alami yang enak dan manis. Kita juga beranggapan, madu kental itu sebagai "makanan istimewa" untuk kebugaran tubuh. Serta katanya, mampu menjaga lestarinya kemampuan seksual seseorang. Menurut sumber kepustakaan, setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori 1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5,575 l susu, atau 1,680 kg daging.

Sebetulnya, khasiat madu amat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi. Yakni fruktosa 41%, glukosa 35%, dan sukrosa 1,9%. Serta unsur kan-dungan lainnya, seperti tepung sari ditambah berbagai enzim pencernaan. Lalu ada vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, antibiotika, dan lainnya.

Meski sama manisnya, perlakuan tubuh manusia terhadap madu yang manis itu berbeda dibandingkan dengan gula atau gula pasir. Madu dapat diproses langsung menjadi glukogen, sedangkan gula harus diproses terlebih dulu oleh enzim pencernaan di usus. Dengan demikian tubuh manusia bisa lebih cepat merasakan manfaat madu dibandingkan dengan gula pasir. Dari beberapa hal itu, rasanya bisa disimpulkan kalau madu bisa memberikan manfaat sangat penting dalam kehidupan manusia.

Madu peternak lebih baik

· Madu memang sudah dikenal sebagai sumber pakan berkhasiat, konon sejak ribuan tahun lalu.

Dalam penggunaan sehari-hari, selain diminum dan dicicipi langsung, madu biasanya dipakai dalam industri susu bubuk, pabrik jamu, juga industri bahan makanan, misalnya untuk campuran roti, kue-kue, dan lainnya. Termasuk pula sebagai salah satu bahan makanan dalam kaleng, sirup, dan sebagainya.

Sayangnya, konsumen umumnya masih buta tentang mutu madu yang baik. Apalagi berbagai kemasan madu yang ada di pasaran jarang mencantumkan kandungan apa saja yang terdapat pada madu dalam botol itu. Seandainya dicantumkan pada kemasan, tetap saja sulit untuk mengetahui benar tidaknya kandungan 11 unsurnya, sebagai parameter yang ditentukan dalam Standar Industri Indonesia atau SII 0156-86.


Penelitian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian dan Industri Hasil Pertanian Bogor pada 1991 menyimpulkan, mutu madu produksi Indonesia, umumnya masih berada di bawah ketentuan SII. Lebih mengejutkan lagi, hasil penelitian yang dilakukan Laboratorium FMIPA Universitas Brawijaya Malang pernah menyimpulkan bahwa mutu madu produksi petani peternak secara umum, lebih baik dibandingkan dengan madu yang dijual di toko-toko, dengan segala kemewahan merek dan kemasannya.


Di sinilah perlunya peran para ahli untuk memberikan berbagai syarat madu yang memenuhi standar secara jelas dan ringkas, sehingga mudah diserap masyarakat luas. Di lain pihak perlu adanya itikad baik dan kejujuran dari para produsen serta penjual madu, sehingga berbagai macam madu yang beredar di pasaran tidak membingungkan kualitasnya.

Bukan "susu ratu"
· Dalam perkembangan lebih lanjut, manusia menemukan produk lebah yang lebih hebat dibandingkan dengan madu, yaitu royal jelly alias "susu ratu".

Dalam beberapa penelitian, royal jelly memberikan petunjuk katanya bisa menggantikan sel-sel tubuh yang mati, serta memelihara kebugaran tubuh. Juga disebut-sebut - lagi-lagi katanya - mampu mempertahankan keperkasaan lelaki. Bahkan, beberapa ahli lebah madu di Eropa kini kabarnya sedang meneliti kemungkinan royal jelly untuk mengobati penderita leukemia, kanker, dan AIDS.


Madu konon bisa menggantikan antibiotika bagi pasien pengidap kanker, juga menyembuhkan efek sampingan prosedur kuratif, dan obat rematik. Sedangkan venom atau racun lebah dapat untuk mengobati prostatitis kronis dan wasir. Juga dapat merehabilitasi pasien berpenyakit jantung, penyakit kulit, tukak lambung, luka bakar, dan sebagainya. Dalam suatu seminar internasional di Swis, tahun 1995, para peneliti dan ahli apiterapi juga ahli farmasi menyatakan dirinya siap bekerja sama secara internasional, untuk mengembangkan produksi obat-obatan dari produk lebah madu dan royal jelly.


Royal jelly yang disebut "susu ratu" sebetulnya bukan susu. Apalagi madu yang dihasilkan sang ratu lebah. Itu sebetulnya bahan makanan khusus untuk ratu lebah. Diduga karena terus-menerus makan royal jelly, queen bee itu bisa berumur antara 5 - 6 tahun.


Sejak 1922, seorang peneliti dari Prancis telah merekomendasikan royal jelly untuk pengobatan. Meski begitu sampai saat ini berbagai unsur yang terkandung di dalamnya belum bisa diketahui seluruhnya. Royal jelly yang manis agak kecut tetap merupakan misteri yang menggoda para ilmuwan.


Selebihnya, masih banyak laporan penelitian tentang berbagai produk lebah yang menunjukkan hasil positif untuk pengobatan, baik setelah mengonsumsi madu, tepung sari atau polen, maupun royal jelly. Sayangnya, kenyataan itu sulit diterima organisasi kesehatan dan perguruan tinggi kedokteran di beberapa negara dengan alasan kurangnya bukti ilmiah. Setidaknya, begitulah antara lain pernyataan pakar apiterapi dari Jerman.

Madu untuk kecantikan

Cantik adalah dambaan setiap orang. Terlebih lagi bagi kaum wanita. Banyak cara yang dilakukan. Mulai dari nyobain kosmetik yang murah sampe yang mahal. Kebanyakan dari bahan kimia. Kenapa nggak nyoba merawat kecantikan dengan menggunakan bahan alami? alias back to nature? Tadi iseng-iseng browsing di google nemu artikel dari Kapanlagi.com tentang manfaat madu untuk kecantikan. Nih dia khasiatnya :Menyejukan Kulit (Untuk Kulit Berjerawat Ringan)
Campurkan آ½ cangkir air hangat dengan آ¼ sendok teh garam. Dengan menggunakan cotton bud oleskan langsung ke bagian yang berjerawat. Beri tekanan dengan kapas selama beberapa menit, untuk melembutkan bagian tersebut. Gunakan kapas, oleskan madu pada bagian yang berjerawat. Biarkan selama 10 menit. Lalu basuh dan tepuk-tepuk perlahan hingga keringkan.


Melembutkan Bibir


Oleskan madu di permukaan bibir. Lakukan sesering mungkin. Maka bibir yang kering akan menjadi lebih lembut. Masker Pengencangan


Campurkan satu sendok makan madu, 1 biji putih telur, satu sendok teh gliserin (tersedia di apotik dan took kecantikan) dan campurkan hingga jadi semacam pasta. Oleskan perlahan pada wajah dan leher. Biarkan selama 10 menit, lalu basuh dengan air hangat.

Conditioner untuk Rambut
Campurkan آ½ cangkir madu dengan آ¼ cangkir minyak zaitun. Oleskan sedikit demi sedikit pada rambut disertai pijatan ringan di kepala hingga semua rambut terolesi. Tutup rambut dengan penutup rambut selama 30 menit. Lepaskan penutup rambut, lalu keramas dengan sampo dan bilas hingga bersih. Keringkan dengan cara normal.


Kulit Berkilau:

Untuk melembabkan, melembutkan dan membuat kulit berkilau, bawa serta sebotol madu saat Anda mandi. Oleskan ke kulit dan tepuk-tepuk dengan kedua tangan hingga mengering. Sementara menepuk-nempuk kulit, madu akan lengket di kulit Anda. Basuhlah bekas madu yang lengket tersebut setelah Anda selesai. Dan Anda bisa menikmati hasilnya dengan kulit yang nampak cantik nan cerah.


Mandi Madu
Untuk mendapatkan aroma yang manis dan kulit lembut, tambahkan آ¼ hingga آ½ cangkir madu di air mandi Anda.

Scrub Madu


Campurkan 1 sendok teh madu dengan seikit tepung almond ke telapak tangan Anda. Gosokan perlahan ke wajah sebagai scrub wajah. Lalu basuh wajah Anda dengan air hangat untuk mengangkat madu.

Pembersih Wajah Setiap Hari

Campurkan 1 sendok makan madu dengan sedikit susu bubuk di telapak tangan. Oleskan di wajah untuk membersihkan semua kotoran dan make-up, dan lalu basuh hingga bersih dengan air hangat.

Rambut Berkilau
Untuk membuat rambut Anda berkilau, campurkan 1 sendok makan madu, perasan satu jeruk nipis, dan sedikit air hangat. Bilas rambut Anda dengan shampo seperti biasa dan lalu tuangkan campuran tadi pada rambut. Keringkan rambut dengan cara biasa.
Sumber :Baitur Ruqyah Asy-Syar'iyah



print this page Print this page

Jumat, 04 Desember 2009

Perburuan status dan predikat kaya

Perburuan status dan predikat kaya sudah menjadi fenomena umum umat manusia, dari dulu sampai sekarang. Seperti lampu yang dikejar para laron. Bahkan saking menderunya, apapun dilakukan. Segala cara ditempuh. Berbagai upadaya ditebas. Tak kenal halal, tak kenal haram yang penting ujungnya: kaya. Sebab kaya adalah strata. Kaya adalah penghormatan, meski besar pengorbanannya. Medan perburuan sedemikian dramatisnya, sulit dan berat, sampai – sampai banyak kata terucap: cari haram saja susah, apalagi yang halal. Dunia oh dunia, begitu dalam membiusnya.

Tak ayal lagi, jarang manusia yang berspirit takut kaya. Padahal esensinya inilah yang dicari. Semua orang terlahir miskin, jadi tidak perlu takut miskin lagi bukan? Sebab dari asalnya sudah miskin. Sedangkan kaya adalah sesuatu yang baru dengan segala problematikanya. Sudah siapkah kita dengan dunia yang baru yang disebut dengan sebutan orang kaya itu?

Nah, sebelum kita sampai di sana, di ranah kaya, harta dan benda – kajen keringan – kayakanlah hati kita dulu. Besarkanlah jiwa kita dahulu. Bahwa ada standar minimal yang bisa mengharu – biru suasana kekayaan hati kita. Bukan kuantitas, tetapi kualitas. Landasan utama untuk berteriak; eureka! Sebab pada hakikinya kita telah menjadi kaya bahkan menjadi seorang raja. Dari beberapa tafsiran dan definisi, mungkin hadits ini bisa dijadikan rujukan arti kaya yang lebih sederhana dan mengena. Lebih membahana dan lebih bisa dirasa untuk dihayati apa adanya.

Dari Abu Abdirrahman al-Hubuli, dia mengatakan, aku pernah mendengar Abdullah bin Amr bin al-‘Ash dan dia ditanya oleh seseorang, orang itu mengatakan, “Bukankah aku termasuk salah satu fakir Muhajirin?” Abdullah balik menanyainya, “Apakah kamu mempunyai seorang istri tempat engkau kembali?” Orang itu menjawab, “Ya.” Abdullah bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki rumah yang bisa engkau tinggali?” Orang itu menjawab, “Ya.” Abdullah lalu mengatakan, “Kalau begitu engkau termasuk orang kaya.” Orang itu berkata lagi, “Sesungguhnya aku memiliki seorang pembantu.” Abdullah mengatakan, “Kalau begitu engkau termasuk raja.” (Rowahu Muslim – hadits mauquf).

Banyak orang yang terlupa dengan spirit hadits di atas. Bahkan nggak populer, karena bius dunia. Semangat kesederhanaannya hilang. Yang ada adalah saling mengungguli, antara satu dengan yang lain. Kaya adalah serentetan perabot rumah beserta isinya. Segandengan kendaraan dan rasa bangganya. Sekumpulan rasa wah terhadap sekitarnya. Padahal, ada yang lebih sederhana, sebagai pelengkap hati yang kaya, kayanya diri yaitu ketika kita memiliki istri dan rumah sendiri. Serempak dengan spirit redaksi hadits ini adalah hadits yang menyatakan miskin bagi lelaki yang belum beristri.

Masa depan adalah misteri, nggak ada yang tahu kita mau jadi apa. Jalanilah hidup ini apa adanya, seperti air mengalir. Isilah hati dan jiwa kita dengan paradigma kaya hati. Penuhi jiwa kita dengan ghina nafs. Ini yang paling penting dan genting. Sebab darinya bisa menelurkan kesederhanaan dalam berpikir dan kesahajaan dalam mengambil keputusan serta keindahan dalam memandang hidup. Tidak grangsang. Tidak ngoyo. Tapi bisa sakdermo. Nrimo ing pandum.

Maka selain menyempurnakan agama, ketika seorang lajang menikah, maka statusnya dia merintis jalan menuju kaya. Setengah kakinya sudah berada di area kaya, tinggal selangkah lagi demi kesempurnaannya. Yang penting, mari sadari betul bahwa mau kaya itu gampang dan mau jadi raja itu juga gampang (kalau Allah paring). Caranya pahamilah dalam – dalam hadits di atas. Sayangnya, banyak orientasi, pemikiran dan keyakinan kita masih berada di seberangnya atau malah menerjang dengan kuatnya – breakthrough, sehingga hancurlah semua. Kaya hati tidak. Kaya harta tidak. Kaya pemikiran tidak. Bahkan kaya cita – cita pun tidak. Alangkah sedihnya. Yang ada hanya rintihan, keluhan dan kesahan: oh kaya – kaya,… betapa susahnya. Padahal hidup itu sendiri adalah kekayaan yang melimpah. Siapa memungkirinya?

Oleh : Faizunal Abdillah



print this page Print this page

Urip Mung Sakdermo

Urip kuwi sejatine yo mung sadermo ngelakoni. Bungahing ati ora biso dikiro-kiro, semono ugo tekane susah yo ora biso dikiro-kiro. Dadi sejatine, titah kuwi yo koyo wayang sing diobahake karo dalang. Dalang sing sejatine dalang ora ono maneh kejaba gusti Allah kang akarya jagad. Ing samubarang gawe lan ing samubarang kahanan sing dadi kasunyatan urip, mestine kudu dilakoni kanti sabar, sukur, lilo lan legowo. Ora ono maneh, yo mung kuwi. Hananging, titah kuwi ugo diparingi pilihan soko gusti Allah. Sakabehing tumindak, pangucap, pangroso, prakaryo kudu dinalar piye carane supoyo biso dadi apik, sing sejatine sakabehing doyo kuwi yo soko paringane gusti Allah. Arep ngalor ngidul ngetan ngulon, yo gusti Allah sing ngobahake. Dadi sepisan maneh, urip ki mung sadermo ngelakoni. Sopo kang bisa ngelakoni kanti lilo legowo, yo iku sejatine suwargone gusti Allah ing alam donya.Ya Allah paringono sabar, sukur, lilo lan legowo.

Sumber :Ahbabul Mustofa Purwodadi




print this page Print this page

Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.
Bagian-bagian Al-Qur'an

Al-Qur'an mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-'Ashr, Al-Kautsar, dan An-Nashr.


Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al-Qur'an adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.

Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Qur'an dalam 30 juz yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir Al-Qur'an).
Masing-masing hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub' (seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salasah (tiga perempat).

Selanjutnya Al-Qur'an dibagi pula dalam 554 ruku', yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap satu ruku' ditandai dengan huruf 'ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku'.
Nisf Al-Qur'an (tanda pertengahan Al-Qur'an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19 pada lafal walyatalattaf yang artinya: "hendaklah ia berlaku lemah lembut".
Sejarah Turunnya Al-Qur'an

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:

Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.

Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi SAW.

Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.

Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.
Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya. Hafalan Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.

Al-Qur'an diturunkan dalam 2 periode, yang pertama Periode Mekah, yaitu saat Nabi SAW bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surat.

Kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah (622-632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.

Ciri-ciri Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah

Makkiyah

Ayat-ayatnya pendek-pendek
Diawali dengan yaa ayyuhan-nas (wahai manusia)
Kebanyakan mengandung masalah tauhid, iman kepada Allah SWT, hal ihwal surga dan neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi),

Madaniyyah

  • Ayat-ayatnya panjang-panjang,
  • Diawali dengan yaa ayyuhal-ladzîna âmanû (wahai orang-orang yang beriman).
  • Kebanyakan tentang hukum-hukum agama (syariat), orang-orang yang berhijrah (Muhajirin) dan kaum penolong (Anshar), kaum munafik, serta ahli kitab.

Ayat Al-Qur'an yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW adalah 5 ayat pertama surat Al-'Alaq, ketika ia sedang berkhalwat di Gua Hira, sebuah gua yang terletak di pegunungan sekitar kota Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 610). Kala itu usia Nabi SAW 40 tahun.

Kodifikasi Al-Qur'an

Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur'an diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur'an kepada mereka.
Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang diajarkannya, Nabi SAW juga memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu, dan kepingan-kepingan tulang.

Setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup satu surat, Nabi SAW memberi nama surat tsb untuk membedakannya dari yang lain. Nabi SAW juga memberi petunjuk tentang penempatan surat di dalam Al-Qur'an. Penyusunan ayat-ayat dan penempatannya di dalam susunan Al-Qur'an juga dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Cara pengumpulan Al-Qur'an yang dilakukan di masa Nabi SAW tsb berlangsung sampai Al-Qur'an sempurna diturunkan dalam masa kurang lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari.

Untuk menjaga kemurnian Al-Qur'an, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan demikian terpeliharalah Al-Qur'an dari kesalahan dan kekeliruan.
Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Qur'an

Pada masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Qur'an), baik hafal sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Sa'ad, Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin Abbas, Amr bin As, Mu'awiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu Salamah, Ubay bin Ka'b, Mu'az bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darba, dan Anas bin Malik.

Adapun sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'b, Mu'awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin As.

Tulisan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis oleh mereka disimpan di rumah Rasulullah, mereka juga menulis untuk disimpan sendiri. Saat itu tulisan-tulisan tsb belum terkumpul dalam satu mushaf seperti yang dijumpai sekarang. Pengumpulan Al-Qur'an menjadi satu mushaf baru dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, setelah Rasulullah SAW wafat.
Sumber : http://www.islam.elvina.net/quran.cgi




print this page Print this page

Kamis, 03 Desember 2009

Asal Mula Alam Semesta - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an

Ilmu pengetahuan moderen, ilmu astronomi, baik yang berdasarkan pengamatan maupun berupa teori, dengan jelas menunjukkan bahwa pada suatu saat seluruh alam semesta masih berupa 'gumpalan asap' (yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan sebuah prinsip yang tak diragukan lagi menurut standar astronomi moderen. Para ilmuwan sekarang dapat melihat pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan 'gumpalan asap' semacam itu (lihat gambar 10 dan 11)

Gambar 10. Sebuah bintang terbentuk dari gumpalan gas dan asap (nebula), yang merupakan peninggalan dari 'asap' yang menjadi asal kejadian alam semesta. (The Space Atlas, Heather dan Henbest, hal. 50)


Gambar 11. Nebula Laguna adalah sebuah gumpalan gas dan asap yang berdiameter sekitar 60 tahun cahaya. Ia dipendarkan oleh radiasi ultraviolet dari bintang panas yang baru saja terbentuk di dalam gumpalan tersebut. (Horizons, Exploring the Universe, Seeds, gambar 9, dari Association of Universities for Research in Astronomy, Inc.)
Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari, sebagaimana seluruh alam semesta, dulunya berupa materi 'asap' semacam itu. Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:

ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,... (Al Fushshiilat, 41: 11)

Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi dan lain-lain) terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulu merupakan satu kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari 'asap' yang homogen ini. Allah telah berfirman:

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al Anbiya, 21:30)

Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata: "Jika menilik tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu, karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal ini dalam beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang yang tidak mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya sendiri, bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."

Untuk melihat video komentar sang profesor silakan klik tautan berikut ini: (Bahasa Inggris, format RealPlyer)
Video 1
Video 2
sumber :Al Habib



print this page Print this page

Kun Fayakuun, “Jadi!” Maka Jadi


Oleh: Ir.H. Teddy Suratmadji, Msc
Tiba-tiba saja ayat tentang “Kun Fayakuun” menjadi beken. Pertama, karena buku “Kun Fayakuun”, bahkan “Kun Fayakuun For Kids” segala. Kedua, karena film/VCD “Kun Fayakuun”. Ketiga, karena seminar “Kun Fayakuun For Your Business”. Entahlah, nanti akan muncul “Kun Fayakuun” versi apa lagi.

Padahal ayat itu bukan ayat sembarang ayat, melainkan ucapan Allah ketika menghendaki sesuatu. Mulai dari penciptaan alam semesta, penciptaan Adam, penciptaan Hawa, penciptaan Isa, dst, dst, yang atas semua yang dikehendaki-Nya Alloh cukup mengatakan “Kun” Jadi! Maka jadi.

Munculnya ayat itu berulang-ulang sebanyak 8 kali di surat:ayat 2:117, 3:47, 3:59, 6:73, 16:40, 19:35, 36:82, 40:68 tentunya untuk semakin menegaskan kepada ummat manusia bahwa Alloh itu adalah Dzat Yang Maha Menguasai atas segala sesuatu. Adapun manusia, boro-boro menguasai makhluk ataupun dzat lain, menguasai diri sendiri saja tidak bisa. Tulisan ini bukan resensi atas berbagai versi tersebut diatas tadi.

Ubun-ubun
Bagaimana manusia bisa mengusasai sesuatu jika ayat Al-Quran menyatakan bahwa ”Maa min daabbatin illaa Huwa aakhidun binnashiyatihaa – tidak ada makhluk yang melata kecuali Alloh memegang ubun-ubunnya”?.
Nah, karena ubun-ubun semua manusia itu ternyata berada di dalam genggaman Alloh, maka apapun yang dikerjakan manusia, semua itu semata-mata adalah karena kehendak-Nya.
Di hadits diriwayatkan Adam nanti akan ramai-ramai dikeroyok disalahkan anak-turunnya mengapa melanggar perintah Alloh memakan buah khuldi sehingga Adam-Hawa diusir dari sorga, beranak-pinak di dunia, bermusuh-musuhan, perang, dan saling mengalirkan darah. Padahal perintah Alloh sederhana sekali: “Walaa taqrobaa haadzihis syajaroh - Jangan dekat-dekat ini pohon”.
Awalnya Adam itu menurut. Tetapi lalu Iblis berbisik bahwa sebenarnya maksud Alloh melarang Adam memakan buah itu supaya Adam tidak jadi makhluk yang kekal, tidak tua, tidak mati. Akhirnya setelah menggoda dengan berbagai cara, termasuk melalui rayuan Hawa, Iblis berhasil.
Bagaimana respons Nabi Adam? Hanya tersenyum. Mau bagaimana lagi kalau Alloh Dzat Yang Maha Memegang Ubun-ubun menghendaki jalan ceritanya demikian? Mau bagaimana lagi kalau Adam awalnya digerakkan untuk taat, tetapi kemudian Adam digerakkan untuk menentang?

So, pergerakan bermilyar-milyar manusia di muka bumi ini, semua adalah atas kehendak Alloh. Tidak terkecuali antum yang saat ini ubun-ubunnya sedang dipegang dan digerakkan oleh Alloh untuk membaca artikel Fa Aina Tadzhabuun.

Wayang
Para leluhur sejak zaman baheula mengibaratkan manusia sebagai wayang. Tentu ada perbedaan diantara keduanya. Namanya saja ibarat.
Perbedaan pertama, wayang dikendalikan dalang bukan dari bagian kepala melainkan dari bagian bokong.
Masih ingat wayang yang di Jabar bernama Dawala atau di Jatim dan Jateng bernama Petruk?.
Karena terserah maunya dalang, kumaha aing, maka Dalang Asep Sunandar Sunarya jadi beken karena membuat lakon aneh, diantaranya berjudul “Dawala Jadi Raja” .
Ingin tahu bagaimana seorang punakawan yang bentuk hidungnya lebih cocok dipakai untuk nakut-nakutin wanita tetapi bisa menjadi seorang raja? Masukkan saja judul lakon itu kedalam search engine-nya www.youtube.com. Saksikan sendiri bagaimana sekali bokong wayang golek dikuasai, tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang dalang untuk menjadikan wayang berbuat apa saja. Kumaha dewek.
Perbedaan kedua, wayang golek tidak punya hati, tidak punya mata, tidak punya telinga. Tidak bisa menentang.
Bagaimana dengan manusia?. Ini dia fiman Alloh didalam Al-Quran:
Manusia punya hati, tetapi tidak faham: “Lahum quluubun laa yafqohuuna bihaa.”
Manusia punya mata, tetapi buta: “Walahum a’yunun laa yubshiruuna bihaa.”
Manusia punya telinga, tetapi tuli: ”Walahum aadzaanun laa yasma’uuna bihaa.”
“Ulaa-ika kal an’aaaaaam, bal hum adlol”. Manusia yang demikian itu bagaikan binatang, bahkan lebih sesat, leuwih atah-adol, daripada binatang. Bangkawarah.
Nah, mending mana? Mending jadi manusia, atawa mending jadi Dawala?

Rentang Waktu
Menjadikannya Alloh atas segala sesuatu, mulai dari hitungan sepersekian detik, sampai hari, sampai bulan, sampai tahun. Semua sesuai dengan kehendak-Nya.
Contoh yang menurut kehendak-Nya terjadi di dalam hitungan detik adalah ketika Sulaiman meminta para ilmuwannya untuk memboyong kursi singgasana sejarak ribuan kilometer, dari istana Bilqis ke istana Sulaiman.
Salah satu dari ilmuwan menyanggupi memindahkan singgasana “Anaa aatiika bihi qobla an yartadda ilaika thorfuka – Hamba sanggup mendatangkan singgasana Ratu Bilqis sebelum Paduka Raja Sulaiman membuka pejaman mata”.
”Yaa Allah Yaa Dzal Jalaali wal Ikroom Innaka ‘alaa kulli syaii-in qodiir - Ya Alloh Dzat Yang Memiliki Keagungan Dan Kemuliaan, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” seru ‘Ashof sang ilmuwan. Dan, JLEG! Seketika Sulaiman membuka mata, seketika itu juga singgasana Bilqis sudah didepan matanya. Ya iya lah, Bilqis cantik-jelita yang menempuh perjalanan sekian lama tentu saja terbengong-bengong ketika melihat singgasananya sudah ada di istana Raja Sulaiman.
Contoh yang menurut kehendak-Nya terjadi dalam hitungan puluhan tahun adalah perjalanan Musa bersama kaumnya yang mencari pintu gerbang Baitul Maqdis. Kurang hebring bagaimana Musa yang tongkatnya bisa menjadi ular. Kurang hebroy bagaimana Musa yang sekali pukulan tongkatnya bisa membelah lautan. Sebuah peristiwa akbar yang tidak pernah terulang dalam sejarah kehidupan manusia, dan tercatat di semua kitab agama samawi. Tetapi untuk menemukan gerbang Baitul Maqdis? Masya Allah, diperlukan waktu 40 tahun!.
Kedua contoh rentang sangat ekstrim tadi – hitungan detik dan puluhan tahun – adalah sama-sama kehendak Alloh: “Kun Fayakun”.
Komparasi ‘aple-to-aple’ yang lebih sebanding adalah kejadian Adam dan Isa. Adam dijadikan JLEG! Langsung dewasa, sedangkan Isa terlahir seperti manusia biasa: dikandung, dilahirkan, dibesarkan, dan dewasa. Kedua kejadian itu ada di beberapa dari 8 ayat tentang “Kun Fayakuun”.

Jebakan Proses
Manusia banyak yang lupa bahwa segala sesuatu adalah kehendak Alloh. Qodar Alloh.
Ketika sebuah pencapaian atau prestasi diperoleh melalui suatu proses yang rumit dan lama, ketika berhasil, seakan-akan keberhasilan itu adalah karena prestasinya, bukan karena kehendak-Nya.
Ingat tulisan tentang KURMAN – mensyukuri manusia di artikel ‘Syukur’ yang lalu?
Alloh memberikan segala sesuatu, rizqi, termasuk pertolongan untuk suatu keberhasilan, adalah melalui perantaraan manusia, tidak ujug-ujug JLEG! jatuh dari langit.
• Pernah lihat ada orang yang dikenalkan kepada orang lain, lalu setelah mereka dekat, orang yang pertama kali mengenalkan lalu ditinggalkan?
• Pernah lihat ada orang yang setelah menjadi pejabat, kemudian melupakan orang-orang yang membantu melapangkan jalannya?
• Pernah lihat yang “menjadi orang” kemudian lupa kepada yang membesarkannya? Menyekolahkannya? Dan menganggap semua itu adalah prestasinya?
Itulah yang dinamakan jebakan proses. Karena prosesnya panjang dan berliku, lalu lupa kepada berbagai pihak yang sebenarnya digerakkan oleh Alloh untuk membantunya.
Bagaimana menghadapi orang yang tidak KURMAN? Jika diingatkan seakan-akan mengundat-undat kebaikan, jika dibiarkan jelas perbuatannya tidak KURMAN. Serba salah, bukan?

Asmarandana
Jika semua perbuatan, termasuk perbuatan dosa-pun, sebagaimana dilakukan Abah Adam, ternyata semua digerakkan oleh Alloh, lalu “fa fiima na’mal? – untuk apa lagi kami beramal?” tanya sohabat kepada Nabi.
Ini dia jawab Nabi: ahli sorga sepanjang hidupnya akan mengamalkan amalan ahli sorga sampai mati saat mengamalkan amalan ahli sorga. Sedangkan ahli neraka sepanjang hidupnya akan mengamalkan amalan ahli neraka sampai mati saat mengamalkan amalan ahli neraka. Dalam artikel terdahulu, yang pertama disebut husnul khotimah dan yang kedua disebut suu-ul khotimah.
Lalu bagaimana “menyiasati” supaya ubun-ubun tidak digerakkan untuk mengamalkan amalan ahli neraka?
Ah, kan Rosulullah sudah mengajarkan seabrek-abrek do’a untuk sukses masuk sorga selamat dari neraka. Do’a-do’a itu saja terus menerus dipanjatkan.
Dalam pupuh Asmarandana, berikut pitutur karuhun:
“Eling-eling mangka eling. Rumingkang di bumi alam. Darma wawayangan bae. Raga taya pangawasa. Lamun kasasar lampah. Nafsu nu matak kaduhung. Badan anu katempuhan”
Ingatlah, maka ingatlah. Hidup di alam dunia. Hanya sekedar sebagai wayang. Raga tidak berdaya. Kalau langkah tersesat. Nafsu yang membawa menyesal. Badan yang akan menerima akibatnya (di neraka).
Pilihannya hanya dua: (1) Berdo’a - beribadah - beramal solih pol-polan mengharapkan Alloh mengatakan ”Kun” masuk ke dalam sorga? Atau, (2) Cuek-bebek ibadah malas aras-arasan sampai Alloh mengatakan “Kun” masuk neraka? Na’uudzu billaahi min dzaalika! Fa aina tadzhabuun?
Sumber : Nuansa Persada



print this page Print this page